Nulis Lagi 5/7/17

Mulai nulis lagi
Maaf otak aku terlalu menistakanmu
Kembali menulis jika sudah mulai sendiri
Kesepian menanti awan yang membuat jiwa meneduh

Aku pernah membaca sebuah kata yang jadi teman pelipur lara, membuat seakan bukan aku satu2nya kawanan yang menyendiri
Kesendirian adalah kemampuan yang tidak dimiliki semua orang
Kata orang itu.
Kesendirian harusnya dinikmati, ia menjadikan kamu yang sesungguhnya, yang tidak ditemui disaat ramai suka ria.
Jadi apakah seharusnya kesendirian dinikmati???
Kesendirianmu terkadang adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk merenungkan kehidupan
Ia seperti anak kucing yang baru terlahir di permukaan bumi
Akan kamu jadikan kucing ahli sirkus, kucing petualang ataupun kucing yang mengumpat atas takdirnya menjadi kucing.
Sendiri membuatmu melemah dalam pembiasaan
Cukuplah merenung dan mengambil hikmah dari kesendirian semumu
Berbagilah dengan keindahan yang ditakdirkan Tuhan untukmu
Jangan membuang waktu, kamu terlalu tua untuk menangis dalam lagu-lagu sendu
Kamu sudah tidak pantas mengeluh dalam puisi – puisi kecewa
Bangunlah, cukupi kesendirianmu.

Ijinkan aku Menemukanmu

Menemukanmu?
Apa yang harus kutemukan dari dirimu?
Engkau telah menyatu dalam diri
Kau hadir dalam setiap hembus nafas
Fantasiku melayang, menemukanmu, merengkuh tanganmu, menggenggamnya erat, menatap teduh wajahmu, bersama dalam cerita abadi.

Aku bagian kecil jiwa yang mencintaimu
Kecemburuanku tersisih tatkala kusaksikan begitu banyak jiwa yang turut mencintaimu
Ijinkan jiwa ini mendekat lebih dalam, mengagumi senyummu, merasakan dekapmu, merengkuh tubuhku yang lemah tersesat arah

Maafkan ketidaktahuanku tentangmu
Maafkan keangkuhanku akan jiwa yang kau hidupkan
Maafkan atas kelemahan – kelemahan yang kunikmati
Maafkan penundaan – penundaan yang kulakan bagai akulah sipenguasa waktu
Maafkan, maafkan aku

Aku mencintaimu
Ijinkan aku nikmati hadirmu dalam puisi – puisi cinta yang kau ijinkan aku membacanya
Ia menggerakkan kesadaranku betapa cintamu ternyata lebih besar daripada cinta lemahku

Aku mencintaimu
Kupersiapkan diri untuk jadi terbaik
Kupantaskan diriku untuk kembali menatapmu
Ijinkan aku, ijinkan waktu, ijinkan kesadaranku, untuk kembali jadi kekasihmu

Berdamai dengan pilihan…..

Ternyata mengubah gaya menulis itu susah, 2 posting trakhir yang mengandung kata panas, (pemanasan dan sedikit panas) produk dari pengen nulis dengan gaya dan sudut pandang lain yang ternyata malah jadi orang lain. jadi ya mulai sekarang…. cukup dengan panas2annnya….

cerita apa ya malam ini?
cerita soal kamu yang seharusnya jadi kita….. yang pengennya bersatu tapi apa bisa dikata kalau takdir tidak bisa dipilih…
Hati : sedemikian sulitkah masalahmu hingga menyebut ini jadi takdir????
Denni : lho ya terus apalagi kalau bukan takdir, apakah harus frustasi dulu baru menyebutnya jadi takdir???
Tuhan sudah membuat takdir untuk jadi teman perjalanan manusia, Ia menciptakan takdir untuk menguji seberapa tangguhnya manusia
Hati : jadi apa kekuatanmu? apa kamu menyerah pada takdir???
Denni : menyerah? mungkin lebih tepatnya menerima, bukan menyerah yang artinya pasrah dan kalah, manusia tidak sekedar hidup menjalani takdir, ia masih dibekali kekuatan yang cukup besar untuk berbincang dengan takdir, Tuhan memberi manusia kekuatan untuk memilih,,,, memilih apapun yang dimau dan dianggap mampu….
Hati : jadi apa yang kamu lakukan? melawan takdir? atau berdamai dengan takdir?
Denni : aku memilih untuk menyusuri takdir bersama pilihanku, memilih untuk memilihmu jadi jawaban pilihanku. apa yang terjadi di depan, biar takdir yang tentukan kisahnya dalam cerita – cerita yang bertabir
Hati : ya sudahlah, jalani takdir dengan pilihan hatimu… karena takdir tidak pernah salah,,,, berdoalah pilihanmu akan menemanimu menjalani takdir

SPY 07-2-15
21:03

#2 Sedikit Panas

jika pada akhirnya saya memilih merindukanmu dalam pelarian, bentangkanlah pita kemenangan untuk menyambut hayalku

kalau semudah itu aku memilih cinta, dirimu mungkin sudah ada dalam gengaman, namun karena cinta adalah nikmat ketuhanan, aku menyadarkan diri bahwa cinta bukan sebuah gengaman, cinta bukan kepemilikan, bukan juga sebuah status pengganti lajang. jadi mungkin artinya, aku bisa tetap mencintaimu meski tidak bisa bersamamu

berbahagialah kamu, orang yang jatuh cinta pada sumber cinta yang sama, sama agama, sama rasa, sama2 berjiwa manusia. dan sangat kasianlah kamu, jika rasa sudah menyatu dalam jiwa manusia, namun agama berkata kalau kamu berbeda. ia menjadi lebur dalam beda2 yang menjadi gemerlap dalam bianglala, menghempas jatuh saat tersadar gravitasi tak mau menopang. entah dimana saya berada, saya telah membawa ransel parasut berwarna ungu, mungkin saya menawarkannya untuk menggunakannya bersama, atau mungkin akan saya gunakan sendiri saat kamu melambaikan mengucap kata pergi, dengan senyum manis yang membuat parasut akan tetap kembali lagi.

katanya hati, ia sedang tidak berbicara dengan hatimu, ia berbicara dengan hati yang lain. tak apa, setidaknya ia mau bersalam dengan hatiku….

sebuah kata sederhana, entah bagaimana caraku mengucapnya, kau tetap bungkam dalam senyum

posisi yang sulit, bertahan – sakit, melawan – mati. aku memilih bertahan denganmu, melawan mati yang sakit

sayangnya kita tidak bisa memilih takdir seperti yang kita mau, kelemahan manusia yang manusiawi.

#2 sedikitpanas Januari II 2015

#1 Pemanasan

Larut dalam cinta itu indah, hati yang berkata entah dia jujur atau tidak selalu menjawab bahwa dia cinta yang mengindahkan.
Aku ingin larut dalam cinta itu, ingin larut dalam cintanya yang mmbuat pahit tetap jadi pahit, manis tetap menjadi manis. Jujur dalam setiap rasa, tulus dalam setiap senyuman.

Tidak sulit untuk bekerja, sulitnya adalah mendatangkan kata “mau” dalam setiap niat, mau bekerja?, mau mengerjakan ini itu?, mau bekerja militan, mau bekerja ikhlas.
Penerimaan kata mau harus berjibaku dengan gejolak perang antara malas dan niat. lebih baiknya adalah mau bekerja dan niat untuk bekerja dengan ikhlas. Sulit? Ya memang sulit….

Mencintai itu rumit, apakah dia kata yang bisa menyatukan hidup seseorang 20 hingga 50 thn? ataukan saya sendiri yang merumitkan makna cinta itu?
Saya nyaman bersamamu, tenang bersamamu dan damai bersamamu. Apakah ini cinta?
Ya, ini cinta. Meskipun aku tak tau apa itu cinta. Aku memilih maknanya untuk menjatuhkan cinta kepadamu.

Mungkin untuk bersatu kita sulit, pun juga untuk mengungkap kepemilikan hati. Ia terkadang harus berfikir untuk memilih. Memilih pada logika yang terhitung dengan rumus2 untuk mendapatkan nilai 100. Sedangkan sebenarnya tidak selayaknya hati harus berfikir. Ia ada untuk merasa. Mengungkap rasa dan menerima rasa.
Sedangkan kita hidup pada dunia yang terus menghitung 1+1 adalah 2. Mengabaikan koma dibelangkanya. Yang biasa kita jawab dengan 3. 1,5 ditambah 1,5 sama dengan 3. 1 diriku yang memberi soal, 1 jawaban yang kau ungkap, 1 cinta yang membenarkan.

Saya mungkin tidak diminta untuk lebih lama berladang, namun saya berharap tidak disegerakan memanen semua ladang yang masih saya rencanakan untuk menanam apa…

Diantara dua menara, yg mengumandang adzan dan dentang lonceng doa. Bersatu hanya dalam bayang2 kelabu… Bersuara dalam bahasa yang berbeda. Aku mengungkap kata merangkulmu, dirimu tersenyum diam dalam dekap damai mentari senja….

Bisa menulis itu menyenangkan, mengungkap fikir dalam kata. Tidak hanya terbungkus bungkam dalam diam.
Menulis apa saja, menulis yang bisa kamu anggap benar dalam pembenaranmu, ataukah mengungkap cinta pada orang yg ingin kau akui sebagai cintamu.
Setidaknya, kamu membuktikan pernah hidup dan pernah berfikir.

Jika suaraku tak terdengar jelas, mendekatlah. Ia tidak sedang bersuara dalam kata, ia berbisik dalam riuh rasa.

#1 Pemanasan dari 3 tahun kebungkaman #Januari I 2015