Baju Balistik (Baju Anti Peluru)

Aramid (Kevlar)

Material ini ditemukan tahun 1964, oleh Stephanie Kwolek, seorang ahli kimia berkebangsaan Amerika, yang bekerja sebagai peneliti pada perusahaan DuPont. Aramid adalah kependekan dari kata aromatic polyamide. Aramid memiliki struktur yang kuat, alot (tough), memiliki sifat peredam yang bagus (vibration damping) , tahan terhadap asam (acid) dan basa (leach) dan selain itu dapat menahan panas hingga 370°C, sehingga tidak mudah terbakar. Karena sifatnya yang demikian, aramid juga digunakan di bidang pesawat terbang, tank, dan antariksa (roket).Produk yang dipasarkan dikenal dengan nama Kevlar.Kevlar memiliki berat yang ringan, tapi 5 kali lebih kuat dibandingkan besi. Analoginya seperti laju bola yang dapat ditahan oleh jaring gawang. Jaring gawang terdiri dari rangkaian tali yang saling terhubung satu sama lain. Apabila bola tertangkap oleh jaring gawang, maka energi laju (kinetik) bola tersebut akan diserap oleh jaring gawang, yang menyebabkan tali disekitarnya bertambah panjang (extend) dan kemudian tekanan (tarikan) tali akan dialirkan ke tiang gawang.


Gambar ini menunjukan bahwa anggapan pemakai baju anti peluru dapat terhindar sepenuhnya dari cidera yang dihasilkan oleh tembakan adalah salah !
Perlu ditekankan sekali lagi, bahwa fungsi utama baju anti peluru hanyalah untuk menahan peluru!! Sehingga peluru tidak sampai masuk kedalam tubuh pemakai baju, yang dapat menyebabkan kematian. Tidak jarang akibat “tekanan” yang ditimbulkan peluru tadi, pemakai baju akan menderita luka memar (blunt force trauma) hingga patah tulang. Tentunya cidera juga tergantung dari jenis baju yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa istilah baju/ rompi anti peluru (bullet proof vest) tidaklah tepat, istilah yang benar adalah baju/ rompi balistik (ballistic vest) !

Level Baju Balistik
Standar baju balistik yang paling banyak digunakan adalah standar NIJ (National Institute of Justice) Amerika. Berdasarkan standar ini, baju balistik dibagi menjadi beberapa tingkatan (level), yaitu level I, II-A, II, III-A, III, dan IV. Level I adalah tingkatan yang terendah, baju hanya dapat menahan peluru yang berkaliber (berdiameter) kecil.

Lengkapnya lihat gambar dibawah.

Dengan menggunakan material yang sekarang, makin tinggi tingkat keamanan yang diberikan (makin tinggi level), maka akan semakin tebal dan berat baju yang harus dikenakan. Ini tentunya merupakan kekurangan dari material tersebut. Atas dasar ini, pihak ilmuwan dan militer masih mengembangkan material baru yang lebih ringan dan juga lebih kuat.

STRATEGI PERANG RAJA JAWA

Dalam kesusasteraan Jawa Kuno disebutkan adanya strategi perang frontal yang disebut wyūha. Misalnya kakawin Bhāratayūddha menyebutkan adanya 10 macam wyūha, yaitu
(1) wukir sagara wyūha (susunan pasukan berbentuk bukit dan samudera),
(2) wajratikśna wyūha (susunan pasukan berbentuk wajra),
(3) kagapati/garuda wyūha (susunan pasukan berbentuk garuda),
(4) gajendramatta/gajamatta wyūha (susunan pasukan berbentuk gajah ngamuk),
(5) cakra wyūha (susunan tentara berbentuk cakra),
(6) makara wyūha (susunan pasukan berbentuk makara),
(7) sūcimukha wyūha (susunan pasukan yang ujungnya seperti jarum),
(8) padma wyūha (susunan pasukan berbentuk bunga teratai),
(9) ardhacandra wyūha (susunan pasukan berbentuk bulan sabit), dan
(10) kānannya wyūha (susunan pasukan berbentuk lingkaran berlapis)
(Wiryosuparto 1968:30–40).

dalam karya sastra Kamandaka yang hanya menyebutkan 8 macam wyūha, yaitu
(1) garuda wyūha,
(2) singha wyūha (susunan pasukan berbentuk singa),
(3) makara wyūha,
(4) cakra wyūha,
(5) padma wyūha,
(6) wukir sagara wyūha,
(7) arddhacandra wyūha, dan
(8) wajratikśna wyūha
(Wirjosuparto 1968:29; Kats 1923:240)

siasat makara wyūha (Sumadio 1993:418, cat. no, 89) yaitu dengan melancarkan serangan dari dua arah, dari utara dan selatan. Pasukan yang menyerang dari utara hanya merupakan siasat yang memancing agar pasukan kerajaan Singhasāri keluar dari keraton. Siasatnya ini berhasil, karena dengan adanya serangan dari utara, maka pasukan Singhasāri di bawah pimpinan Raden Wijaya*7 dan Arddharaja, anak Jayakatwang yang juga menantu Kěrtanagara, menyerbu ke utara dan mengejar musuh yang selalu bergerak mundur. Pada waktu kekuatan di keraton Singhasāri lemah lalu pasukan. Jayakatwang yang berada di selatan menyerang keraton dan dapat membunuh Kěrtanagara yang sedang melakukan upacara keagamaan

Selain strategi yang melakukan serangan secara tiba-tiba, juga ada strategi perang yang dilakukans secara frontal, yaitu serangan yang dilakukan dengan berhadap-hadapan dan terbuka. Dari kesusateraan Jawa Kuna didapatkan gambaran bahwa dalam perang frontal, pasukan yang maju ke medan perang diiringi oleh tetabuhan. Sebagai contoh dalam kakawin

Arjunawiwāha pupuh 23.2–3 digambarkan situasi bagaimana di antara ramainya suara barisan tentara yang bersorak-sorak terdengar bunyi gendang, ketipung (terompet), gong, dan gemuruh tambur (Poerbatjaraka 1926:45–46; Wiryamartana 1990:104, 160).
Selama peperangan, tabuh-tabuhan tersebut terus dibunyikan, ini terlihat dari kalimat pada pupuh 25.5 yang menggambarkan bagaimana bunyi gong dan riuh genderang tidak lagi terdengar karena terkalahkan oleh oleh bunyi perisai berdentang-dentang, gemerincingnya golok, dan gelegar konta mengenai gajah. Ditambah dengan lenguhan orang yang menghembuskan nyawa, yang mengaduh, dan pekikan orang yang menyerang (Poerbatjaraka 1926:49; Wiryamartana 1990:107, 164).

jenis-jenis strategi perang yang disebutkan dalam Arthaśāstra adalah:
(1) dańůa (susunan pasukan seperti alat pemukul),
(2) bhoga (susunan pasukan seperti ular),
(3) mańůala (susunan pasukan seperti lingkaran),
(4) asamhata (susunan pasukan yang bagian-bagiannya terpisah),
(5) pradara (susunan pasukan untuk menggempur musuh),
(6) ůŕůhaka (susunan pasukan dengan sayap dan lambung tertarik ke belakang),
(7) asahya (susunan pasukan yang tidak dapat ditembus),
(8) garuůa (susunan pasukan berbentuk garuda),
(9) sañjaya (susunan pasukan berbentuk busur),
(10) wijaya (susunan pasukan menyerupai busur dengan bagian depan menjolok),
(11) sthūlakarńna (susunan pasukan yang berbentuk telinga besar),
(12) wiśālawijaya (susunan pasukan yang disebut kemenangan mutlak, susunannnya sama dengan sthūlakarńna, hanya bagian depan disusun dua kali lebih kuat),
(13) camūmukha (susunan pasukan dengan bentuk dua sayap yang berhadapan muka dengan musuh),
(14) jhashāsya (susunan pasukan seperti camūmukha, hanya sayapnya ditarik ke belakang),
(15) sūcimukha (susunan pasukan yang ujungnya seperti jarum),
(16) walaya (susunan pasukan seperti sūcimukha hanya barisannya terdiri dari dua lapis),
(17) ajaya (susunan pasukan yang tidak terkalahkan),
(18) sarpāsarīi (susunan pasukan seperti ular yang bergerak),
(19) gomūtrika (susunan pasukan yang berbentuk arah terbuangnya air seni sapi),
(20) syandana (susunan pasukan yang menyerupai kereta),
(21) godha (susunan pasukan berbentuk buaya),
(22) wāripatantaka (susunan pasukan sama degan syandana, hanya semua pasukannya terdiri dari barisan gajah, kuda, dan kereta perang),
(23) sarwatomukha (susunan tentara berbentuk lingkaran),
(24) sarwatobhadra (susunan pasukan yang serba menguntungkan),
(25) ashőānīkā (susunan pasukan yang terdiri dari 8 divisi),
(26) wajra (susunan pasukan berbentuk wajra),
(27) udyānaka (susunan pasukan berbentuk taman yang terdiri dari 4 divisi),
(28) ardhacandrika (susunan pasukan berbentuk bulan sabit yang terdiri dari 3 divisi),
(29) karkāőakaśrěnggi (susunan pasukan berbentuk kepala udang),
(30) ariśőa (susunan pasukan dengan garis depan ditempati pasukan kereta perang, pasukan gajah, sedangkan pasukan berkuda menempati baris belakang),
(31) acala (susunan pasukan yang menempatkan barisan infanteri, pasukan gajah, pasukan kuda, dan pasukan kereta perang, berbaris ke belakang),
(32) śyena (susunan pasukannya sama dengan garuda),
(33) apratihata (pasukan kuda, pasukan kereta perang, dan pasukan infanteri berbaris ke belakang),
(34) chāpa (susunan pasukan berbentuk busur), dan
(35) madhya chāpa (susunan pasukan berbentuk busur dengan inti kekuatan berada di bagian tengah)

(Sharmasastry 1923:434–435; Wirjosuparto 1968:27–29).

STRATEGI PERANG SUNDA

Bagaimana strategi orang Sunda dulu berperang, belum banyak dibahas. Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian hanya menyebutkan nama-nama strategi perang yang diterapkan, paling tidak sampai abad ke-16. Dalam Sanghyang Siksakandang Karesian disebutkan, “Bila ingin tahu tentang perilaku perang, seperti makarabihwa, katrabihwa, lisangbihwa, singhabihwa, garudabihwa, cakrabihwa, sucimuka, brajapanjara, asumaliput, meraksimpir, gagaksangkur, luwakmaturut, kidangsumeka, babahbuhaya, ngalinggamanik, lemahmrewasa, adipati, prebusakti, pakeprajurit, tapaksawetrik, tanyalah panglima perang.” (Danasasmita, dkk., 1987).

Tulisan ini mencoba mendeskripsikan strategi perang dimaksud. Mudah-mudahan bisa jadi bahan kajian yang lebih mendalam untuk berbagai pemanfaatan. 1

. Makarabihwa; cara mengalahkan musuh dengan tidak berperang. Mengalahkan musuh dari dalam musuh itu sendiri, dengan menggunakan kekuatan pengaruh. Praktik merusak kekuatan musuh dari dalam agar merasa kalah sebelum berperang.

2. Katrabihwa; posisi prajurit saat menyerang musuh, ada yang ditempatkan di atas, biasanya dengan menggunakan senjata panah, dan prajurit yang di bawah, biasanya menggunakan tombak dan berkuda.

3. Lisangbihwa; sebelum perang dimulai, Panglima Perang/Hulu Jurit mengumpulkan pasukan tempurnya agar seluruh prajurit berteguh hati menjadi pasukan yang berani dan bersemangat berperang untuk mengalahkan musuh walau pun kekuatan lebih kecil.

4. Singhabihwa; mengalahkan pertahanan musuh dengan cara menyusup. Para penyusup merupakan tim kecil yang jumlahnya hanya lima orang, terdiri atas ahli perang, ahli strategi, dan ahli memengaruhi musuh. Musuh terpengaruh oleh strategi yang kita lancarkan sehingga pada tahap ini musuh hancur oleh pikirannya sendiri. Waktunya sangat lama.

5. Garudabihwa; memusatkan kekuatan pasukan pada posisi yang tersebar di beberapa titik penting yang telah ditentukan untuk pertempuran. Kekuatan di setiap titik jumlahnya 20 orang. Dengan simbol-simbol khusus, prajurit yang tersebar itu akan menyerang secara berbarengan dan sekaligus, kemudian menyebar kembali untuk mempersiapkan penyerangan berikutnya.

6. Cakrabihwa; menyusupkan beberapa orang prajurit ke benteng pertahanan musuh dengan cara rahasia dengan tujuan utama untuk menyusupkan persenjataan yang kelak akan digunakan oleh pasukan saat bertempur. Mereka harus prajurit yang sangat terlatih dan mengetahui medan serta mengetahui cara-cara penyusupan.

7. Sucimuka; upaya pembersihan musuh setelah perang usai sebab biasanya masih ada musuh yang berdiam di persembunyian. Para prajurit harus mengetahui daerah-daerah yang pantas digunakan sebagai tempat berlindung dan menjadi persembunyian musuh yang sudah tercerai-berai. Prajurit harus mengetahui jalan-jalan yang dijadikan tempat untuk meloloskan diri. Pembersihan ini sangat penting agar musuh tidak menghimpun kekuatannya kembali.

8. Brajapanjara; mendidik beberapa orang musuh agar bekerja untuk pihak kita. Setelah dianggap tidak membahayakan, mereka dilepas kembali ke daerahnya untuk dijadikan mata-mata. Orang itulah yang akan mengirimkan informasi mengenai kekuatan musuh, seperti jenis dan jumlah senjata yang mereka miliki, dan strategi perang apa yang akan digunakan. Harus sangat hati-hati saat mendidiknya.

9. Asumaliput; setiap prajurit harus mengetahui tempat berlindung atau bersembunyi serta tidak akan diketahui musuh, seperti di dalam gua, tetapi harus pandai melihat situasi.

10. Meraksimpir; cara berperang ketika prajurit berada di daerah yang lebih rendah, sedangkan musuh berada di daerah yang lebih tinggi. Bila posisinya demikian, pasukan dipersenjatai dengan tombak dan berkuda.

11. Gagaksangkur; cara berperang ketika prajurit berada di daerah yang lebih tinggi, sedangkan musuh berada di bawah. Cara mengalahkan musuh dari atas, seperti cara meloncat atau menghadang.

12. Luwakmaturut; gerakan untuk memburu musuh yang kabur dari lapangan pertempuran. Prajurit harus tahu cara pengejaran yang paling cepat di berbagai medan yang berbeda. Pengejaran musuh harus sampai di tempat persembunyiannya, apakah di air, atau yang lari ke dalam hutan.

13. Kudangsumeka; cara menggunakan pedang yang lebih kecil. Bila menyusup ke daerah musuh, prajurit harus mengetahui cara-cara menyembunyikan pedang/senjata itu agar tidak diketahui musuh.

14. Babahbuhaya; cara menghimpun kekuatan prajurit pada saat pasukan tertekan dan terjepit musuh, seperti cara/upaya memulihkan mental, semangat, dan kekuatan prajurit. Dilatihkan ke mana harus berlari, jangan sampai berlari ke daerah kekuatan musuh. Cara bagaimana bila saat berlari ada musuh di depan, atau musuh yang terus mengejar, serta cara bagaimana memilih tempat perlindungan. Bila terlihat aman, prajurit merundingkan upaya penyelamatan dan merencanakan penyerangan balik.

15. Ngalinggamanik; prajurit yang sudah terlatih dipersenjatai dengan senjata rahasia, atau senjata keramat kerajaan, seperti tombak. Prajurit dilatih untuk mengendalikan senjata keramat itu, bila tidak, bisa-bisa prajurit itu yang terpental atau pingsan.

16. Lemahmrewasa; cara berperang di hutan belantara atau di tempat-tempat yang rimbun, terutama ketika pasukan dalam keadaan terdesak dengan senjata pasukan yang sudah tidak mampu melayani kekuatan persenjataan musuh. Semua potensi yang bisa digunakan sebagai senjata dimanfaatkan, seperti batu atau batang pohon.

17. Adipati; teknik untuk melatih prajurit yang akan dijadikan prajurit dengan kemampuan khusus. Pasukan komando yang memunyai kemampuan perseorangan yang tangguh dan dapat diandalkan.

18. Prebusakti; setiap prajurit dibekali latihan keahlian khusus seperti tenaga dalam agar senjata lebih berisi, lebih matih, punya kekuatan mengalahkan musuh secara luar biasa.

19. Pakeprajurit; sering kali raja menitahkan untuk tidak berperang. Prajurit terpilih, yaitu prajurit yang sudah terlatih untuk berunding, mengadakan perundingan-perindingan sehingga musuh dapat dikalahkan tanpa berperang. Namun, Panglima Perang/Sang Hulu Jurit, sesungguhnya menghendaki kemenangan dengan cara berperang.

20. Tapaksawetrik; cara-cara berperang di air: bagaimana cara mengelabui musuh agar tidak mengetahui pergerakan prajurit, serta cara-cara menggunakan senjata di air, seperti di sungai. Prajurit harus terlatih untuk mendekati musuh melalui jalan air.

Senjata Persenjataan yang digunakan dalam perang pada zaman itu pada umumnya sudah berupa senjata dari logam, apakah itu tombak atau pun pedang. Peninggalan senjata yang ditemukan di beberapa tempat di Jawa Barat, masih dapat dilihat di Museum Nasional di Jakarta (Lihat Krom, “Laporan Kepurbakalaan Jawa Barat 1914”). Sementara itu, kendaraan yang digunakan saat bertempur pada umumnya adalah kuda. Tulisan ini merupakan upaya pendahuluan untuk mengetahui deskripsi dari setiap istilah strategi perang yang terdapat dalam Sanghyang Siksakandang Karesian.

Sumber: http://pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=23546

PRIVATE MILITARY CONTRACTOR; Danger is our Business

Kehadiran PMC telah menciptakan motivasi kuat bagi para tentara profesional, untuk segera meninggalkan kesatuannya. Keberaadaan PMC  ternyata telah disinggung oleh filosof asal italia yang juga ahli peperangan, Machiavelli (1469)-(1527). Dalam bukunya yang berjudul; The Prince, Machiavelli mengomentari tentang PMC dengan kata-kata yang pedas. Machiavelli yang juga menulis buku yang kemudian menjadi buku yang terkenal; The Art of War, menggambarkan PMC adalah orang-orang berbahaya dan tidak berguna. Siapa pun yang berusaha membangun kekuasaan berkat dukungan PMC, kekuasaannya pasti tumbang. Pasalnya, PMC tak mempunyai disiplin, tidak terorganisir, terlalu ambisius, sulit dipercaya, hanya berani bertempur jika ada temannya, bersikap pengecut kepada musuh, tidak takut kepada Tuhan, dan tak bisa dipercaya antara satu dengan yang lain

Di antara spesialisasi pekerjaan PMC adalah; penyelenggaraan pelatihan tentara/polisi, pengawalan VVIP, pengamanan konvoi kendaraan, analisis Intelijen, perawatan pemeliharaan alat utama sistem senjata, penyiapan markas militer, dan menjadi operator pengiriman logistik militer.

Akhir kata, banyak peran yang dipikul PMC, di satu sisi mereka adalah sebuah perusahaan yang menyediakan jasa pengawalan dan operator instalasi megaproyek. Namun, disisi lain, mereka sesungguhnya tak lebih dari kepanjangan tangan sejumlah Negara besar yang memiliki banyak kepentingan di sejumlah Negara. Di tangan mereka, berbagai kepentingan itu tetap dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Mereka seolah tak sadar bahwa jika eksploitasi Negara-negara yang selalu dirundung konflik terus dilakukan, kelak dunia akan menanggung petaka hebat dari sebuah bahaya global yang disebut sebagai; Dangerously Asymmetrical (Bahaya Asimetrik).

Sandi Komunikasi dalam HT

10-1 Sulit didengar // Penerimaan buruk
10-2 Didengar jelas // Penerimaan baik
10-3 Berhenti mengudara / memancar
10-4 Benar // Dimengerti
10-5 Ada pesan untuk disampaikan
10-6 Sedang sibuk kecuali ada berita penting
10-7 Mengalami kerusakan // Tidak dapat mengudara
10-8 Tidak ada kerusakan // Dapat mengudara
10-9 Mohon diulangi
10-10 Penyampaian berita selesai
10-11 Berbicara terlalu cepat
10-12 Mengundurkan diri karena ada tamu
10-13 Laporan keadaan cuaca / jalanan
10-14 Informasi
10-15 Informasi sudah disampaikan
10-16 Mohon dijemput / diambil di …
10-17 Ada urusan penting
10-18 Sesuatu untuk kita
10-19 Bukan untuk Anda, harap kembali
10-20 Lokasi // Posisi
10-21 Kontak / hubungan melalui telepon
10-22 Melapor langsung ke …
10-23 Menunggu // Stand by
10-24 Selesai melaksanakan tugas
10-25 Dapatkah menghubungi / kontak dengan …
10-26 Pesanan terakhir kurang diperhatikan
10-27 Pindah ke jalur / channel …
10-28 Nama panggilan // Callsign
10-29 Waktu hubungan / kontak habis
10-30 Tidak menaati peraturan
10-31 Antena yang digunakan
10-32 Laporan sinyal dan modulasi // Radio check
10-33 KEADAAN DARURAT // EMERGENCY
10-34 Butuh bantuan, ada kesulitan di stasiun ini
10-35 INFORMASI RAHASIA
10-36 Jam berapa waktu yang tepat ?
10-37 PERLU MOBIL DEREK DI …
10-38 PERLU AMBULANS DI …
10-39 Pesan sudah disampaikan
10-40 PERLU DOKTER
10-41 Mohon pindah ke jalur / channel …
10-42 ADA KECELAKAAN DI …
10-43 Kemacetan lalu lintas di …
10-44 Ada pesan untuk Anda
10-45 Dalam jangkauan mohon melapor
10-46 Memerlukan montir
10-50 Mohon kosongkan jalur / channel
10-60 Apakah ada pesan selanjutnya ?
10-62 Tidak dimengerti, melalui telepon saja
10-63 Tugas / pekerjaan dilanjutkan di …
10-64 Pekerjaan telah selesai / bersih
10-65 Menunggu berita lanjutan
10-67 Semua unit setuju
10-69 Pesanan telah diterima
10-70 KEBAKARAN DI …
10-71 Pesawat KRAP (RIG) yang dipakai
10-73 Kurangi kecepatan di …
10-74 Tidak // Negatif
10-75 Penyebab gangguan
10-76 Dalam perjalanan ke …
10-77 Belum / tidak menghubungi
10-81 Pesankan kamar di hotel …
10-82 Pesankan kamar untuk …
10-84 Nomor telepon
10-85 Alamat
10-89 Butuh montir radio
10-90 Gangguan pesawat televisi (TVI)
10-91 Bicara dekat mikropon
10-92 Pemancar perlu penyesuaian
10-93 Apakah frekuensi sudah tepat ?
10-94 Berbicara agak panjang
10-95 Mengudara dengan sinyal setiap 5 detik
10-97 Tes pada pemancar
10-99 Tugas selesai, semua orang selamat
10-100 Akan ke kamar mandi
10-200 BUTUH BANTUAN POLISI DI …
10-300 BUTUH PEMADAM KEBAKARAN DI …
10-400 BUTUH PETUGAS KETERTIBAN UMUM DI …
10-500 BUTUH BANTUAN PROVOST DI …
10-600 BUTUH BANTUAN GARNIZUN DI …
10-700 BUTUH BANTUAN S.A.R. DI …
10-800 BUTUH BANTUAN PERUSAHAAN LISTRIK DI

Sandi Arti

KOMANDO = KANTOR/POSKO
PANGKALAN = RUMAH
TARUNA = BERITA/KEJADIAN
TKP = TEMPAT KEJADIAN PERKARA
TKA = SITUASI AMAN TERKENDALI
TIKUS = PENCURI
KANDANG = GUDANG
KOTAK BESI / KR4= KENDARAAN RODA EMAPT
KUDA BESI / KR2 = KENDARAAN RODA dua
GANTI KULIT = GANTI SHIFT
MERUMPUT = MAKAN
ISI BENSIN = MINUM

1-1 hubungi lewat telepon
1-2 menghadap pusat/posko
1-4 hubungi lewat HT
8-4 testing radio
8-1 komunikasi kurang jelas
8-2 komunikasi jelas/baik
3-3 kualitas suara jelek
4-4 kualitas suara baik
5-5 kualitas suara baik sekali
6-1 terjadi perampokan
6-2 terjadi pencurian
6-3 trjadi penganiayaan
6-5 terjadi kebakaran
6-7 terjadi demonstrasi
8-6 mengerti
8-7 berita disampaikan kepada…
8-1-0 Tidak mengudara/mati
8-1-1 mengudara/ standby
8-1-2 diulangi/kurang jelas
8-1-3 selamat bertugas
8-1-5 keadaan cuaca
8-1-6 waktu/jam
10-2 posisi dimana
10-8 tujuan/meluncur/menuju.

1-1         : Hubungi per telepon
1-4         : Ingin bicara diudara (langsung)
3-3         : kecelakaan
3-3L      : Kecelakaan korban luka
3-3M     : Kecelakaan korban material
3-3K      : Kecelakaan korban meninggal
3-3KA   : Kecelakaan kereta api
3-4-K    : Kecelakaan, korban meninggal, pelaku melarikan diri
4-4         : Orang gila

5-5         : Penerimaan baik/sehat
6-5         : Kebakaran

8-4         : Tes pesawat/penerimaannya
8-6         : Dimengerti
8-7         : Disampaikan
8-8         : Sedang sibuk
10-2      : Posisi/keberadaan
10-8      : Menuju
2-8-5     : Pemerkosaan
3-3-8     : Pembunuhan
3-6-3     : Pencurian
3-6-5     : Perampokan
8-1-0     : Pembunuhan
8-1-1     : Hidup
8-1-2     : Berita agar diulangi (kurang jelas)
8-1-3     : Selamat bertugas
8-1-4     : Laporan/pembicaraan terlalu cepat
8-1-5     : Cuaca
8-1-6     : Jam/waktu
8-1-9     : Situasi