Bagimu, barangkali, sekadar Tanah-Air… Sebidang tanah yang dapat kau jualbelikan, dapat kau gadaikan demi kepingan emas… Dan, air yang tidak perlu kau tahu sumbernya, asal dapat kau minum. Hari ini kau masih memijakkan kakimu di atas tanah ini, besok kau akan memijakkan kakimu di atas tanah yang lain, dan melupakan tanah ini. Hari ini kau masih minum air dari sumur yang satu ini, besok kau bisa memilih sumur yang lain.
Bagiku, Indonesia adalah Ibu Pertiwi. Aku tidak dapat menggadaikan ibu demi pangkat, demi jabatan, demi apa saja – apalagi demi kepingan emas yang tak bermakna. Aku lahir “lewat” ibu kandungku, namun yang “melahirkan”ku sesungguhnya Ibu Pertiwi. Bagiku, Dialah Wujud Ilahi yang Nyata sekaligus Tak-Nyata…
Engkau yang masih mencari surga, kenikmatan duniawi. Kuucapkan selamat kepadamu. Bagiku, pengabdian kepada Ibu Pertiwi, itulah surga.
Itulah kenikmatan yang paling tinggi.
cinta Suciku padaMu, Ibu Pertiwi..